Senin, 10 Agustus 2009

MENGINGKARI FAKTA REALITAS KEBOHONGAN

Ternyata untuk menguji tesis Rafael Raga Maran, tidak perlu kita terlalu sibuk untuk membuka dan membolak balik berbagai teori. Tidak perlu terlibat dalan proses dialektika gaya Hegel, tidak perlu kita gunakan teori sebab akibat ( causaliteit) gaya M. Van Buri, tidak perlu kita membolak balik teori Van Kries tentang generaliscrend yang subyektif adquaat, tidak perlu kita menggunakan pendekatan gaya Rumeling tentang objectif nachitraglicher prognose. Ternyata untuk mematahkan segala tesisnya begitu mudah, sederhana dan sangat simple; yakni hanya dengan menyodorkan kepadanya satu fakta yang terjadi kemarin soreh, ia akan serta merta mengingkari fakta dan peristiwa itu.

Fakta peristiwa tertanggal 20 Juli 1974 yang masih hangat, karena banyak saksi mata yang masih hidup, termasuk penulis sendiri, begitu mudahnya diingkari, apalagi kalau fakta sejarah tempo dulu yang terjadi ratusan tahun bahkan ribuan tahun silam. Fenomena pengingkaran akan fakta dan peristiwa yang terjadi, menjadi gambaran tentang nilai kredibilitas atau kepercayaan terhadap berbagai tulisan yang disampaikan oleh Rafael Raga Maran. Artinya kita telah dihadapkan pada sebuah fakta tentang siapa pribadi seorang Rafael Raga Maran dari semua cerita dan berbagai pengingkaran yang ada. Pada aspek inilah khalayak pembaca dapat mengukur seberapa besar tingkat validitas dan reliabilitas berbagai tesisnya untuk diterima sebagai sebuah kebenaran sejarah. Logika sederhana akan menempatkan berbagai tesis Rafael itu dalam sebuah bingkai ketidakpercayaan, bahkan pengingkaran itu telah mengakibatkan bahwa dalam dirinya, ia membangun sebuah sterotipe sebagai pribadi yang tak tapat dipercaya.

Bahwa untuk menutup segala kekuarangan itu, ia serta merta membangun pembelaan dirinya dengan menyeret khalayak pembaca melalui upaya reduksi pemikiran dan opini untuk menempatkan suku Kebeleng kelen sebagai pelaku kejahatan. Kejahatan apa itu ?
Bila reduksi pemikiran itu saya balikan kepadanya dan mengatakan Si X Ata Maran telah menggelapkan salah satu artefact sejarah Lewoingu yaitu 'pesa' ( meriam tempo dulu), apakah saya harus mengatakan bahwa tindakan itu dilakukan oleh semua keturunan Bapa Raga atau Ata Maran ? Ingat gaya bahasa totem semacam itu adalah gaya infantil/ kekanak-kanakan dan sangat menyesatkan.

Dari upaya pembelaan yang sama, ia menuduh saya menghina leluhur Gresiktuli, Apa yang saya hina ? Fakta dipihak lain ketika ia bercerita tentang dongeng sejarah Gresiktuli yang berkelana dan terdampar di Lewokoli, sehingga ia terjebak dalam dongengnya itu sebagai bentuk penghinaan terhadap Gresiktuli dan semua keturunannya sebagai kelompok tena mao. Apakah itu bukan penghinaan, Rafael...? Lagi lagi ia menuduh saya melakukan provokasi dan merusak hubungan dari keturunan Bapa Yosep Gega Kelen dan keturunan Bapa Sani Maran. Anda Keliru besar ...... Dengan menyebut nama Kesowari Bereamang sebagai pemilik rie Limang wanang Koke Dungbata, anda telah menabur dan memupuk konflik dalam hubungan itu sendiri. Bahkan sebelum kedua orangtua kami meninggal, semua pesan tentang sejarah dan berbagai kerikil kehidupan di lewotanah tertanam dengan rapi dalam benak saya termasuk kasus-peristiwa tertanggal 20 Juli 1974 itu.

Menjadi pertanyaan saya....
Mengapa anda tidak menyinggung koke yang dibakar ? Mengapa anda tidak menyinggung denda kepada masyarakat Tenawahang terutama Wungu Open ? Mengapa anda tidak Menanggapi Pesa ( merian tempo dulu) yang saat ini tak tahu rimbanya ?
Apakah anda tidak tahu ? atau dengan sengaja anda pura pura tidak tahu ? atau mungkin anda malu untuk membuka semua itu ?

Ape..... go maring mo 'Wato pitang tanah bori' opanele wewa goeng buka hala !

Satu hal yang arif bagi anda adalah diam dan terus diam, renungkan teruslah merenung, karena apapun yang anda katakan sudah diketahui khalayak Lewoingu, sehingga menjadi tidak bermakna.
Mengapa...? Dengan mengingkari fakta, anda telah membuka diri, bahwa berbagai tesis anda adalah fakta dan ekspresi dari dongeng imajinasi, sehingga tidak dapat dipercaya. Bukan saya yang memvonisnya itu, tapi anda membuka diri, sehingga semuanya menjadi nyata bahwa anda sulit untuk dipercaya.


Salam.........................
Marselinus Sani Kelen.







Tidak ada komentar: