Kamis, 11 Juni 2009

SEJARAH LEWOINGU - APA YANG SALAH ?

Sejarah adalah fakta karena sejarah meninggalkan kita berbagai artefak, status dengan segala bentuk hak dan kewajiban. Sejarah adalah kehidupan karena dari sejarah kita mewariskan berbagai pola hubungan dan tatanan sosial, mengenal dan menyapa orang lain dengan berbagai macam sebutan, nana-ua, besa- se" tiu-tia, opu-pain. Sejarah itu ruh kehidupan, karena sejarah membentuk watak/kepribadian bagi setiap generasi pelaku dan penerus sejarah. Maka ketika kita mulai menulis tentang sejarah diperlukan landasan berpikir yang jelas untuk menempatkan mana obyek sejarah yang menjadi pokok, mana obyek sejarah yang hanya menjadi elemen pendukung. Menempatkan obyek yang memiliki akar akar historis yang kuat sehingga menjadi dasar dalam konstruksi bangunan sosial selanjutnya.

Penulisan sejarah Desa Lewoingu sampai saat ini, belum memberikan hasil yang diharapkan. Mengapa begitu sulit ? sebuah pertanyaaan yang sangat mudah untuk dijawab. Ketika semua pihak anak suku Desa Lewoingu, kental dengan kepentingan maka sejarah Desa Lewoingu adalah sebuah rekayasa sosial. Selanjutnya yang dipertontonkan adalah sandiwara kehidupan yang penuh dengan kepalasuan, kebohongan dan manipulasi. Sampai kapan ?

Saya mungkin dinilai terlambat, terlibat dalam diskusi ini, tapi saya memiliki sebuah alasan yang sangat rational, karena saya harus memulai untuk mengenal, memahami perjalanan sejarah Suku Kelen mulai dari Gresiktuli sampai kakek-nenek saya, Bapak Mado- Ema Lito yang melahirkan Yosep Gega Kelen, Yosep Torang Kelen, Yohanes Sepuloh Kelen, Dominikus Doweng Kelen, Polikarpus Sedu Kelen, Lodan Kelen sebagai orangtua kami. Pemahaman yang benar terhadap sejarah suku menjadi modal awal untuk diskusi dan sharing, sekaligus kita menempatkan diri dalam perjalanan sejarah Desa Lewoingu.

Saya mengajak semua pihak anak generasi Lewoingu untuk terlibat dalam diskusi sejarah Lewoingu dengan mengedepankan kearifan dan kejujuran nurani. Ada tiga periode sejarah yang harus kita sepakati sebagai medan awal dari diskusi ini:
1. Tahapan keberadaan Gresituli bersama tiga anaknya Dalu, Sedu/Doweng , Sani,dan interaksi /konstalasi mereka dengan berbagai pihak suku ata yang telah tinggal dan menetap disekitar wilayah desa Lewoingu sampai membangun " koke kakang" Dung tana"
2. Lango Limpati sebagai pemegang kekuasaan "Uluwai Mati Sela- Uluwai Ulu Mado,- Patibeda, ketiga kekuasaan itu menyangkut kekuasaan menentramkan dan mengamankan situasi, kekuasaan untuk berbicara menyampaikan segala sesuatu tentang kebenaran, kekuasaan untuk membagi berbagai kewenangan terhadap setiap suku.
3. Keberadaan Boli dengan "Koke Dungbata" sebagai rumah besar yang menghimpun semua ata suku. Boli ditempatkan disini karena dialah inspirator yang mengkonstruksikan bangunan sosial yang dikenal dengan nama Lewoingu. Maka bila kita bicara tentang sejarah Lewoingu maka yang menjadi fokus sejarah adalah "Sejarah Boli"

Ketiga tahapan ini harus menjadi dasar, bila kita ingin terlibat dalam Sejarah Lewoingu. Penuturan sejarah Lewoingu yang menyimpang dari tiga domain ini adalah kepalsuan, kemunafikan dan manipulasi. Ingat...................." Iku hege limang baa, Sing getang dading gai yang diturunkan Gresituli kepada cucunya Boli tidak hilang sampai saat ini, mo deke hama ruha tarang, mo breke hama wawe ipe"eng go Boli plae hala, Bila kita semua dengan kearifan dan kejujuran menuturkan sejarah lewotanah maka go Boli go korokeng bele limakeng blaha, go abong aong tite anak suku. ............

Salam Marsel Sani Kelen dari Jakarta.










Tidak ada komentar: